Cerita Si Kluntung
Di sebuah desa di tepi hutan tinggallah seorang ibu dan anaknya yang bernama si Kluntung. Dinamakan Kluntung karena ia tidak mempunyai kaki dan tangan. Ia berjalan dengan mengguling-gulingkan tubuhnya seperti periuk.
Setiap hari ibunya bekerja keras mengerjakan sawah tetangganya yang jauh dari desa tempat tinggalnya. Ibunya bekerja untuk menghidupi si Kluntung. Sebenarnya dalam hatinya, Kluntung merasa kasihan kepada ibunya yang bekerja keras setiap hari. Namun, apa mau dikata, ia hanyalah seorang anak yang cacat.
Suatu hari ketika ibu itu sedang istirahat karena kelelahan, ia pun berucap, “Seandainya aku mempunyai anak yang tidak cacat, pasti aku tidak akan selelah ini karena ia dapat membantuku bekerja di sawah.”
Tanpa disadarinya, Kluntung mendengar ucapan itu. Ia amat sedih karena keadaan dirinya. Keesokan harinya ketika ibunya akan berangkat ke pasar untuk berbelanja, dengan susah payah Kluntung mengambil cangkul dan mengguling-gulingkan badannya menuju sawah. Ia membantu ibunya bekerja di sawah.
Di lain tempat, ada dua orang gadis yang mengamati Kluntung. Kedua gadis itu tak lain adalah bidadari yang iba melihat niat baik Kluntung. Mereka membantu Kluntung sehingga dalam waktu sekejap pekerjaan telah selesai. Selanjutnya, kedua gadis tersebut mendekati Kluntung dan memberikan kantung yang berisi sekeping uang. Setelah itu, mereka menghilang.
Ibunya pun pulang dari pasar dan berangkat ke sawah. Sesampai di sawah, ibunya terkejut karena sawahnya telah selesai dikerjakan. Lebih terkejut lagi, yang mengerjakan sawahnya adalah si Kluntung. Akhirnya, Kluntung pun diajak pulang ke rumah.
Keesokan harinya, si Kluntung memberikan sekeping uang kepada ibunya untuk berbelanja. Dalam hati si ibu berkata, “Dengan uang sekeping ini, aku dapat belanja apa?” Di tengah kebingungannya itu, ia disapa oleh seorang penjual di pasar.
“Ibu mau berbelanja? Silakan ambil yang Ibu perlukan, jangan sungkan-sungkan!” kata penjual di pasar itu. Ibu Kluntung pun kemudian mengambil semua keperluannya dan membayar dengan sekeping uang itu. Ia heran, mengapa uang itu cukup untuk berbelanja sebanyak itu dan masih ada kembaliannya lagi? Si ibu pun mengucapkan terima kasih kepada penjual itu dan pulang ke rumahnya. Baru beberapa langkah ia berjalan dan menoleh ke belakang, ternyata yang ada hanya hamparan sawah yang luas.
Sesampainya di rumah, ia menceritakan kepada si Kluntung akan kejadian itu. Akan tetapi, Kluntung sendiri juga tidak tahu.
0 Response to "Cerita Si Kluntung"
Post a Comment