Top Ads

Kisah Inspirasi Islam " Kisah Siti Mashithah "

Fir’aun yang menganggap dirinya sebagai tuhan, setelah kedatangan Nabi Musa AS. merasa sangatlah gelisah dan resah akan dakwah Nabi Musa AS, karena Nabi Musa telah menunjukkan mu’jizat yang sangat menakjubkan dari tongkat yang berubah menjadi ular, dan tangan yang mengeluarkan sinar di depan kedua mata Fir’aun. Dia takut kalau semua orang akan mengikuti Nabi Musa AS. Untuk itu Firaun selalu berlaku kejam kepada pengikut Nabi Musa AS. untuk menakut-nakuti yang lain agar tidak menyembah Allah. Meskipun tak banyak yang langsung masuk Islam setelah mendengar dakwah Nabi Musa AS. namun banyak orang yang diam-diam mengikuti petunjuk Nabi Musa AS. salah satunya adalah Siti Mashithah yang menjadi tukang sisir Putri Kerajaan.

Putri : Mashithah!, Kemari!

Mashithah : Iya Putri,

Putri : Tolong sisir rambut indahku ini, aku akan menghadiri acara kerajaan dua jam lagi.

Mashithah : Baik Putri, saya tidak akan mengecewakan Tuan Putri.

Putri : Cepatlah! Jangan banyak bicara, setelah ini saya harus perawatan kuku dan berhias.

Mashithah : Baik Putri Sedang menyisir, tiba-tiba sisir yang digunakan oleh Siti Mashithah pun terjatuh.

Mashithah : Astaghfirullah!

Putri : Kata apa itu! Astaga? Atau apa tadi itu?

Mashithah : Bukan apa-apa Tuan Putri

Putri : Baiklah selesaikan tugasmu lalu pergilah

Mashithah : Baik Putri

mendengar kata yang “asing” dari bibir Siti Mashithah, Putri Raja Fir’aun berbincang dengan Haman, penasihat kerajaan tentang kata “asing” itu.

Putri : Paman Haman kemarilah!

Haman : Ada apa Tuan Putri?

Putri : Pernahkah paman mendengar kata Astag, Astaghfi, atau apa itu?

Haman : Astaghfirullah-kah Putri?

Putri : Ya benar, kata itu

Haman : Putri mendengar kata itu dari siapa?

Putri : Dari penyisir rambutku, Siti Mashithah, memang kenapa paman?

Haman : Kata Astaghfirullah itu adalah ajaran Musa si penyihir itu

Putri : Astaga!, artinya Siti Mashithah telah menghianati kita paman!

Haman : Ya benar Tuan Putri.

Putri : Lalu apa yang akan paman lakukan?

Haman : Saya akan memberitahu ayah Tuan Putri tentang kejadian ini. Nanti beliaulah yang memutuskan untuk mengampuni atau memberikan hukuman.

Putri : Baiklah Paman, lalu apa yang harus aku lakukan?

Haman : Lebih baik Tuan Putri bersikap biasa saja seolah tidak terjadi apa-apa!

Putri : Baiklah paman

Dengan berjalan agak tergesa-gesa Haman menuju ke Singgasana Raja Fir’aun. Sebelum berbicara pada Raja Fir’aun ia duduk tersimpuh seperti menyembah atau bersujud.

Fir’aun : Ada apa Haman?

Haman : Maaf Tuanku, Hamba ada berita!

Fir’aun : Berita apa Haman? Apa itu tentang Musa?

Haman : Ya engkau benar, Tuan

Fir’aun : Apa itu katakanlah Haman!

Haman : Kita telah menemukan penghianat di dalam Istana Tuan ku!

Fir’aun : Apa! Siapa dia? Siapa yang berani mengikuti Musa?

Haman : Si...Si...Siti Mashithah, Tuan (dengan nada takut)

Fir’aun : Kenapa kau bisa berkata seperti itu, apa yang telah dilakukannya?

Haman : Ia mengucapkan kalimat Astaghfirullah, Tuan

Fir’aun : Kau mendapat berita ini dari siapa?

Haman : Dari Putri kesayangan anda, Tuanku

Fir’aun : Panggilah ia kemari,

Haman : Baiklah Tuanku

Haman kemudian bergegas memanggil Putri Raja Fir’aun

Haman : Maaf Tuan Putri hamba mengganggu

Putri : Ada apa paman

Haman : Raja memanggil anda Tuan Putri

Putri : Ayah memanggilku? Apa saya berbuat salah paman?

Haman : Bukan Tuan Putri, ini mengenai Siti Mashithah

Putri : Baiklah aku akan segera kesana

Haman : Baik Tuan Putri

Tak lama kemudian Putri Raja Fir’aun-pun menghadap ayahnya,

Putri : Ada apa ayah kenapa memanggilku?

Fir’aun : Aku dengar dari Haman bahwa kau telah mendengar Siti Mashithah mengucapkan kata-kata dari pengikut Musa, apa itu benar?

Putri : Itu benar, ayah

Fir’aun : Baiklah kalau begitu panggilkan Siti Mashithah kemari beserta keluarganya!

Putri : Baik ayah

Sang Putripun memanggil pengawal untuk membawa Siti Mashithah beserta keluarganya menghadap kepada Raja.

Putri : Pengawal!

Pengawal : Ada apa Putri!

Putri : Panggil Siti Mashithah beserta keluarganya kemari!

Pengawal : Baik Putri.

Setelah beberapa saat menunggu, akhirnya Siti Mashithah datang beserta keluarga besarnya dan sang putri diminta untuk meninggalkan ruang utama kerajaan.

Fir’aun : Wahai Siti Mashithah, tahukah kau mengapa kau ku panggil?

Mashithah : Tidak Tuanku, saya tidak tahu

Fir’aun : Ku dengar kau mengucapkan kata-kata para pengikut Musa? Benar begitu?

Mashithah : Benar Tuan

Fir’aun : Bukankah kau tahu apa akibatnya?

Mashithah : Saya tahu Tuanku

Fir’aun : Lalu mengapa kau tetap melakukannya?

Mashithah : Yang berhak disembah hanyalah Allah tiada yang lain

Fir’aun : Baiklah kalau itu maumu, Pengawal! bawakan mangkuk besar berisi air beserta perapian dibawahnya!

Pengawal : Baik Tuanku, akan segera hamba laksanakan

Beberapa saat kemudian pengawal membawakan perapian beserta mangkuk besar.

Pengawal : Sudah siap Tuanku

Fir’aun : Lihatlah Mashithah, kau akan kurebus beserta keluargamu bila kau tetap tidak mau menyembahku, tidakkah kau kasihan kepada suami dan anak-anakmu? Tetaplah menyembahku Mashithah

Mashithah : Tidak Tuan

Fir’aun : Baiklah kalau begitu, pengawal! Seret suaminya dan masukkan ke mangkuk besar itu!

Pengawal : Baik Tuan

Sang Pengawal pun menyeret suami Siti Mashithah dan membawanya hingga di pinggir mangkuk besar yang berisi air mendidih

Fir’aun : Ada kata-kata terakhir?

Suami Siti Mashithah-pun memberikan pesan terakhirnya

Suami : Mashithah tetaplah pada pendirianmu, Allah tidak akan pernah menganiaya hamba-Nya yang beriman

Fir’aun : Pengawal masukkan dia!

Pengawal-pun memasukkannya ke dalam mangkuk besar

Suami : Lailahaillallah

Suami Siti Mashithah pun masuk ke dalam air mendidih lalu tenggelam ke dalam rendaman air mendidih

Fir’aun : Bagaimana Mashithah? Kau tetap tidak menyembahku?

Mashithah : Tidak Tuanku

Fir’aun : Pengawal! Masukkan anak-anaknya mulai dari yang paling besar

Sang pengawal-pun membawa anak sulung Siti Mashithah ke pinggir mangkuk besar untuk direbus

Fir’aun : Apa permintaan terakhirmu?

Anak 1 : Ibu, Sampai jumpa di syurga ibu, Allah maha menepati janji

Fir’aun : Permintaan macam apa itu, ceburkan dia!

Anak pertama Siti Mashithah-pun akhirnya diceburkan ke air mendidih

Anak 1 : Lailahaillallah

Fir’aun : Berikutnya

Sang pengawal-pun membawa anak kedua Siti Mashithah ke pinggir mangkuk besar

Fir’aun : Tahan pengawal!, Bagaimana Siti Mashithah, aku beri kau kesempatan untuk bertobat dan kembali menyembahku

Mashithah : Tidak Tuan. Tuhan saya adalah Allah bukan Tuan

Fir’aun : Dasar keras kepala!, Apa permintaan terakhirmu?

Anak 2 : Ibu kita akan bertemu lagi di Syurga

Fir’aun : Kalian benar-benar telah terkena sihir Musa! Ceburkan dia!

Pengawal-pun menceburkan anak ke dua Siti Mashithah kedalam air mendidih

Anak 2 : Laillahaillallah

Fir’aun : Bagaimana Mashithah? Ini kesempatan terakhirmu untuk memohon ampun padaku dan kembali menyembahku.

Mashithah : Tidak Tuan, saya hanya akan memohon ampun dan menyembah Allah saja.

Fir’aun : Benar-benar kau ini! Lihatlah anakmu yang masih bayi itu apa kau tidak merasa kasihan? Kalau kau tidak sayang pada nyawamu paling tidak sayangilah nyawa anakmu yang masih bayi itu, Dia masih punya hak untuk hidup Mashithah!

Siti Mashithah-pun sempat terdiam karena melihat anaknya yang masih bayi mungil itu dan hatinya sempat ragu-ragu, namun saat itu keajaiban Allah datang, Allah menepati janjinya, bayi Siti Mashithah yang belum bisa bicara bisa bicara dengan sangat jelas

Anak 3 : Ibu Janganlah kau ragu, janji Allah itu pasti, Ibu Karena melihat keajaiban di depan matanya, Siti Mashithah pun menjadi semakin yakin akan janji Allah dan dengan lantang ia menjawab,

Mashithah : Tidak Tuan. Allah tidak akan mengingkari janji-Nya, Tuhan saya adalah Allah meskipun saya dan bayi saya harus mati

Fir’aun : Cukup sudah bualanmu, sudah habis kesabaranku, Pengawal! ceburkan dia ke air mendidih!

Pengawal : Baik Tuan

Mashithah : Lailahaillallah

Akhirnya mereka menjalani hukuman dengan direbus ke dalam air mendidih karena mereka beriman dan menyembah Allah, namun kasih sayang Allah selalu berpihak pada orang beriman dan istiqomah dalam keimanannya, mereka semua telah meninggal dunia sebelum dimasukkan ke dalam air yang mendidih sehingga Siti Mashithah beserta keluarganya tak merasakan panasnya air mendidih.
(adsbygoogle = window.adsbygoogle || []).push({});

0 Response to "Kisah Inspirasi Islam " Kisah Siti Mashithah ""

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel